KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN
Alkisah disebuah padepokan diperkampungan terpencil seorang murid yang sudah belajar 10 tahun berencana untuk keluar dan mempraktekan ilmunya dimasyarakat....
Ia memohon pada gurunya : "Guru , saya sudah belajar disini selama 10th dan sudah banyak mendapat bimbingan dari guru...
Kini izinkan saya untuk turun ke masyarakat dan mengabdikan ilmu yang telah guru berikan kepada saya agar lebih berguna bagi masyarakat...."
Kini izinkan saya untuk turun ke masyarakat dan mengabdikan ilmu yang telah guru berikan kepada saya agar lebih berguna bagi masyarakat...."
Sang gurupun menghela nafas panjang tetapi akhirnya ia menyetujui juga keinginan muridnya itu .
Bulan berganti bulan , tahun berganti tahun...
Sang murid akhirnya menjadi seorang da'i dan mubaligh terkenal disebuah kota... Ketenaran sang murid semakin melejit kepelosok negri setelah ia mengarang dan menerbitkan sebuah buku yang berjudul "KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN"
Kitab itu berisi 8 petunjuk arah untuk mencapai Ridho Illahi yang terdiri dari :
Petunjuk 1 : Tauhid
Petunjuk 2 : Sabar
Petunjuk 3 : Ikhlas
Petunjuk 4 : Syukur
Petunjuk 5 : Kasih sayang
Petunjuk 6 : Memaafkan
Petunjuk 7 : Takwa
Petunjuk 8 : Berserah diri
Petunjuk 2 : Sabar
Petunjuk 3 : Ikhlas
Petunjuk 4 : Syukur
Petunjuk 5 : Kasih sayang
Petunjuk 6 : Memaafkan
Petunjuk 7 : Takwa
Petunjuk 8 : Berserah diri
Dengan kitab hasil karyanya itu , ia menjadi semakin terkenal di seluruh negri , banyak dipanggil dimana-mana untuk ceramah dan dilabeli sebagai da'i semilyar umat...
Betapa senangnya hati sang murid , hingga suatu hari iapun teringat akan gurunya dan ingin berbagi rasa kesenangan itu kepada gurunya...
Lalu ia memanggil santrinya untuk mengirimkan "KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN" kepada gurunya beserta sepucuk surat :
"Guru yang saya hormati.. Alkhamdulillah kini saya sudah dapat mempraktekkan ilmu yang guru berikan dan diterima dengan baik oleh masyarakat luas.. Saya juga telah mengembangkan ilmu saya dan mengarang sebuah kitab yang berjudul "KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN" yang mendapat sambutan hangat banyak orang dan para ulama negri... Saya mengirim santri saya kepada guru untuk menyampaikan kitab itu agar guru sudi kiranya membacanya dan memberikan komentar.. "
Lalu santri itupun pergi ketempat sang guru ditempat terpencil sebuah perkampungan...
Setelah bertemu sang guru , santri pun memberikan titipan kitab dan sebuah surat...
Sang guru pun menerima kitab tersebut dan membaca suratnya...
Setelah melihat-lihat sejenak pada isi "KITAB DELAPAN PENJURU MATA ANGIN" sang gurupun menulis sepucuk surat kepada muridnya sebagai komentar..
Surat itupun dilipat lalu dititipkan kepada santri... "Pulanglah engkau dan sampaikan suratku ini padanya.. "
Santripun kembali pulang dan sesampainya ditempat , ia memberikan sepucuk surat dari sang guru...
Sang muridpun dengan suka cita membuka dan membaca surat dari gurunya...
"Muridku.. Aku senang dengan keberhasilanmu.. Tetapi setelah aku membaca kitabmu , aku merasa karya tulisanmu seperti KENTUT.. Sangat tidak bermakna dan memalukan aku sebagai gurumu.. "
Betapa terkejutnya sang murid membaca surat dari gurunya.. Betapa tidak , komentar sang guru ternyata diluar dugaannya... !!
Fikirannya mulai melayang..
"Aaachh.. Guru mungkin ada salah pengertian terhadap kitab itu.. Atau guru mungkin sudah terlalu tua hingga tak membaca penuh kitab itu.. Atau.. Atau.. atau... "
"Aaachh.. Guru mungkin ada salah pengertian terhadap kitab itu.. Atau guru mungkin sudah terlalu tua hingga tak membaca penuh kitab itu.. Atau.. Atau.. atau... "
Beberapa hari ini banyak hal berkecamuk difikiran sang murid setelah membaca surat dari gurunya..
Akhirnya iapun memutuskan untuk datang langsung menemui gurunya untuk menanyakan maksud isi suratnya...
Setelah sampai dan menemui gurunya , sang muridpun bertanya :
"Guru.. Aku sudah membaca suratmu dan aku kecewa pada isi surat guru . Mengapa guru tidak menghargai karyaku ini... ?"
Sang gurupun dengan santai berkata : "Muridku , isi kitabmu memang seperti ANGIN KENTUT , bersuara berbau tapi tidak memiliki wujud... "
"Apa maksud perkataan guru itu.. Mengapa guru mencela kitabku , padahal kitab itu sudah dibaca banyak orang dan ulama-ulama negri dan mereka semua menyenangi isi kitab itu... "
"Baiklah Muridku.. Akan aku tunjukan bahwa kitabmu itu seperti kentut yang tak berwujud... "
Pertama , engkau menulis tentang TAUHID tetapi dihadapanku kini ternyata engkau masih dipenuhi BERPRASANGKA dan penilaian...
Kedua , engkau menulis tentang SABAR tetapi engkau KECEWA dengan isi komentarku
Ketiga , engkau menulis tentang IKHLAS tetapi engkau MEMPERTANYAKAN maksud komentarku...
Keempat , engkau menulis tentang SYUKUR tetapi engkau TAK MENGHARGAI komentar yang aku berikan...
Kelima , engkau menulis tentang KASIH SAYANG tetapi bertahun-tahun engkau pergi dan kini kau datang bukan untuk menyambung tali kasih sayang melainkan sekedar untuk MENDAPATKAN sesuatu jawaban atas kegundahan fikiranmu...
Keenam , engkau menulis tentang MEMAAFKAN tetapi engkau justru MARAH dengan komentarku...
Ketujuh , engkau menulis tentang TAKWA tetapi engkau TERLENA dan takabur dengan keberhasilan karena tulisanmu banyak disanjung orang...
Kedelapan , engkau menulis tentang BERSERAH DIRI tetapi dirimu TAK TERIMA dengan komentarku...
"Muridku... Sebenarnya aku hanya menguji engkau.. Aku tak ingin engkau HANYA PANDAI DALAM MENYUARAKAN KEBAIKAN hingga suaramu terdengar kesegenap penjuru negri TETAPI TAK MEMILIKI WUJUD DALAM PRAKTEKNYA pada kehidupanmu sendiri...
Ketahuilah muridku , bahwa AKHLAK , SIKAPMU adalah WUJUD NYATA DARI SUARAMU YANG SEBENARNYA... Buat apa kau suarakan kebaikan bagi orang kalau kau sendiri tak menjadi baik.. Buat apa kau tebar manfaat kepada orang tapi kau sendiri tak mendapatkan manfaat dari ilmumu... "
Ketahuilah muridku , bahwa AKHLAK , SIKAPMU adalah WUJUD NYATA DARI SUARAMU YANG SEBENARNYA... Buat apa kau suarakan kebaikan bagi orang kalau kau sendiri tak menjadi baik.. Buat apa kau tebar manfaat kepada orang tapi kau sendiri tak mendapatkan manfaat dari ilmumu... "
Sang muridpun tertunduk lunglai.. Ia menyadari kekeliruannya.. Ia banyak memikirkan karyanya dan orang lain hingga lupa pada DIRINYA SENDIRI... Seharusnya ilmu yang dimilikinya itu adalah untuk pembangunan dan manfaat dirinya sendiri dahulu baru kepada orang lain...
Sambil menangis dan mencium tangan gurunya sang muridpun berkata : "Maafkan aku guru.. Aku menyadari kini apa maksud komentar suratmu.. Terimakasih telah mengingatkanku.. "
Semoga cerita ini dapat menjadi renungan yang bermanfaat buat kita semua...
SALAM
Make sure you use the free online HTML cleanup tool to avoid bad HTML tag practices on your website.
ConversionConversion EmoticonEmoticon