Jatine wasita rini, ing jaman kuno lan mangkya, yekti tan ana bedane.
Karone harsa rumeksa, marang para wanita, mrih suci miwah rahayu, luputa ing sambekala.
Bedane ing jaman mangkin, kang aran jaman mardika, saling dumadi kabeh, suwala marang wasesa, tan karsapinubeng liyan.
Mangkono estri tan purun, ginawe sukarsa-karsa.
Elinga para pawestri, mandika iku jarwanya, hora mung lepasing pangreh nging uga kuwat kuwasa, amandiri priyangga, wit soka iku den emut, wenang lan wajib ywa pisah.
Dene kang ingaran wajib, siaga barang prakara, miranti lair batine.
Nuli wenange tumindak, ing reh sakarsanira, wit sira wus darbe traju, panimbang becik lan ala.
Para wanita kang sami, marsudi ing kamardikan, wajib weruh ing jatine.
Sujana lan kasarjanan, weh mardikaning, gesang, dene kasusilan iku, pager rahayuning raga.
(senggakan)
Heh pra kenya kang ulah mardikeng rara !
Haywa lali kalane lelangen pada.
Ing reh solah tingkah ywa lirweng susila !
TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA
Pokok ajaran kewanitaan, di jaman dulu dan sekarang, sungguh tak ada bedanya.
Keduanya hendak menjaga para Wanita, agar suci serta selamat, terhindar dari marabahaya.
Bedanya pada jaman ini, yang disebut jaman merdeka, segenap umat menentang kekuasaan dan penguasa pihak lain.
Begitulah kaum Wanita tak suka diperlakukan sekehendak orang lain.
Ingatlah kaum Wanita, merdeka itu tidak hanya berarti lepas dari perintah orang lain, namun pula kuat dan mampu, untuk menguasai diri sendiri.
Karenanya janganlah dilupakan, bahwa hak dan kewajiban tidak saling berpisah.
Adapun yang disebut wajib, ialah segala kesiapan dan kesediaan, lahir dan batin.
Barulah menyusul hak melaksanakan kehendak diri sendiri, karena kamu sudah mempunyai neraca, untuk menimbang mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Para Wanita yang memelihara jiwa kemerdekaan, wajib mengetahui kepentingannya, kecerdasan rasa dan cipta memberi kemerdekaan hidup, adapun kesusilaan adalah pagar keselamatan bagi dirimu.
( Ulangan )
Hai para gadis yang mencita – citakan kemerdekaan Wanita !
Janganlah dilupakan sementara kamu bersenang – senang.
Untuk tetap bersusila dalam segala tingkah lakumu!
Karone harsa rumeksa, marang para wanita, mrih suci miwah rahayu, luputa ing sambekala.
Bedane ing jaman mangkin, kang aran jaman mardika, saling dumadi kabeh, suwala marang wasesa, tan karsapinubeng liyan.
Mangkono estri tan purun, ginawe sukarsa-karsa.
Elinga para pawestri, mandika iku jarwanya, hora mung lepasing pangreh nging uga kuwat kuwasa, amandiri priyangga, wit soka iku den emut, wenang lan wajib ywa pisah.
Dene kang ingaran wajib, siaga barang prakara, miranti lair batine.
Nuli wenange tumindak, ing reh sakarsanira, wit sira wus darbe traju, panimbang becik lan ala.
Para wanita kang sami, marsudi ing kamardikan, wajib weruh ing jatine.
Sujana lan kasarjanan, weh mardikaning, gesang, dene kasusilan iku, pager rahayuning raga.
(senggakan)
Heh pra kenya kang ulah mardikeng rara !
Haywa lali kalane lelangen pada.
Ing reh solah tingkah ywa lirweng susila !
TERJEMAHAN DALAM BAHASA INDONESIA
Pokok ajaran kewanitaan, di jaman dulu dan sekarang, sungguh tak ada bedanya.
Keduanya hendak menjaga para Wanita, agar suci serta selamat, terhindar dari marabahaya.
Bedanya pada jaman ini, yang disebut jaman merdeka, segenap umat menentang kekuasaan dan penguasa pihak lain.
Begitulah kaum Wanita tak suka diperlakukan sekehendak orang lain.
Ingatlah kaum Wanita, merdeka itu tidak hanya berarti lepas dari perintah orang lain, namun pula kuat dan mampu, untuk menguasai diri sendiri.
Karenanya janganlah dilupakan, bahwa hak dan kewajiban tidak saling berpisah.
Adapun yang disebut wajib, ialah segala kesiapan dan kesediaan, lahir dan batin.
Barulah menyusul hak melaksanakan kehendak diri sendiri, karena kamu sudah mempunyai neraca, untuk menimbang mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Para Wanita yang memelihara jiwa kemerdekaan, wajib mengetahui kepentingannya, kecerdasan rasa dan cipta memberi kemerdekaan hidup, adapun kesusilaan adalah pagar keselamatan bagi dirimu.
( Ulangan )
Hai para gadis yang mencita – citakan kemerdekaan Wanita !
Janganlah dilupakan sementara kamu bersenang – senang.
Untuk tetap bersusila dalam segala tingkah lakumu!
KI HADJAR DEWANTARA
PENGGUBAH WASITA RINI
PENGGUBAH WASITA RINI
- Lagu dan syair tersebut diperkirakan digubah sekitar tahun 1930.
- Dipakai sebagai media untuk untuk menyampaikan ajaran Tamansiswa.
- Mengingat pada periode 1900 – 1930, pada waktu politik etis dilaksanakan,terjadi perkembangan yang amat cepat. Perkembangan Ekonomi dan Pendidikan membuka kesempatan untuk terjadi mobilitas sosial ke atas bagi sejumlah besar penduduk, terutama yang tinggal di kota. Meluasnya pendidikan Barat mengancam stratifikasi tradisional dalam masyarakat Jawa. Muncul Golongan “ Priyayi “ baru yang menduduki status sosial dan ekonomi karena hasil usaha, bukan karena keturunan raja atau bangsawan.
- Usaha kaum etisi adalah melakukan “ Westernisasi “ atau menbaratkan masyarakat Indonesia, agar golongannya, yaitu kaum industrialistis mendapatkan pasaran bagi hasil industrinya di Indonesia.
- Perihal itulah yang membuat Ki Hadjar Dewantara untuk menyikapi perkembangan jaman dengan jalan menciptakan suatu ajaran salah satunya adalah dengan tembang “ WASITA RINI “
ConversionConversion EmoticonEmoticon