Moksa adalah peristiwa lenyapnya/gaibnya jasad ragawi. Moksa dalam islam memang kurang dikenal sbb bukan berasal dari bahasa arab.
Tetapi peristiwa moksa sbnarnya jelas adanya dlm Qur'an, hanya saja dgn istilah yg beda. salah satu contoh paparan ttng moksa dlm Qur'an yaitu sbgmn yg trjadi kpd Isa al masih bin maryam as yg lenyap jasad ragawinya diangkat kelangit.
Moksa hanya bisa trjadi pd org2 yang jasad ragawinya telah suci.
Moksa bs trjadi dgn brbagai cara :
- yg prtama sebelum kematian, dimana seseorang lenyap jasad ragawinya sblm ia mengalami kematian.
- yg kedua moksa setelah kematian, dmn seseorang mati dan dikubur sbgmn umumnya, kemudian jasad ragawinya lenyap, bilamana kuburannya digali maka mayatnya sudah tdk ada lagi tanpa bekas.
Bilamana jasad ragawinya belum mencapai kesucian tetapi telah mendekati kesucian, maka jasad ragawinya tdk mengalami moksa tetapi utuh dan tak tersentuh kehancuran, sbgmn yg sering terjadi dan terbukti secara empiris, saat org yg telah meninggal berpuluh2 tahun, jasadnya masih utuh dan tdk mengalami kehancuran.
Sejarah Mati Moksa Dalam Islam
Setelah perang Uhud, Rasulullah saw menikahi Zaynab ra putri Khuzaymah dari suku ‘Amir, janda dari ‘Ubaydah ra yang dikenal sebagai ‘ibu kaum papa’.
Perkawinan ini mendekatkan Abu Bara’ dari suku ‘Amir kepada Rasulullah saw. Ketika Islam diperkenalkan kepadanya, ia tidak menolaknya. Saat itu ia belum memeluk Islam, namun meminta agar beberapa orang muslim diutus untuk mendakwahkan Islam kepada seluruh warga sukunya.
Rasulullah saw mengatakan bahwa beliau khawatir bahwa utusan beliau akan diserang oleh suku Ghatafan.
Abu Bara’ sebagai kepala suku ‘Amir berjanji akan melindungi para utusan, maka Rasulullah saw mengutus empat puluh sahabat yang benar-benar mengenal Islam dan menunjuk Mundzir ibnu ‘Amr ra sebagai pemimpin.
Di antara para utusan terdapat ‘Amir ibnu Fuhayrah ra, bekas budak Abu Bakar yang dipilih menemaninya dan Nabi ketika hijrah dengan cara mengembalakan kambing di belakang perjalanan Rasulullah saw dan Abu Bakar ra untuk menghapus jejak.
Keponakan Abu Bara’ yang berambisi menggantikan kedudukannya sebagai kepala suku membunuh salah seorang sahabat yang diutus Rasulullah saw untuk mengantarkan surat kepada Abu Bara’.
Abu Bara’ meminta warga sukunya agar menghentikan pembunuhan terhadap sahabat Rasulullah saw yang lain.
Ketika warga suku ‘Amir ternyata lebih mematuhi Abu Bara’, sang keponakan yang frustasi menghasut dua kabilah dari suku Sulaym yang baru-baru ini terlibat permusuhan dengan Madinah.
Mereka segera mengirim satu pasukan berkuda dan membantai habis semua utusan Rasulullah saw di dekat sumur Ma’unah, kecuali dua sahabat yang sedang memberi makan unta di padang rumput, yaitu Harits ibnu Simmah ra dan ‘Amr dari Dhamrah ra, salah satu warga kabilah Kinanah.
Saat mereka berdua kembali dari padang rumput, mereka terkejut melihat banyak sekali burung bangkai terbang rendah di atas perkemahan mereka, seakan berada di suatu medan perang dimana pertempuran baru saja berakhir.
Mereka melihat sahabat-sahabatnya terkapar wafat di atas genangan darah, sementara para penunggang kuda dari Bani Sulaym berdiri di dekat mereka asyik berbincang dan tidak menyadari kehadiran mereka berdua.
Melihat pemandangan tersebut, ‘Amr hendak melarikan diri, namun Harits berkata, “Aku tak akan pernah mundur dari medan perang, dimana Mundzir telah wafat di atasnya.” Maka Harits segera maju menghadapi para penunggang kuda itu, menyerang dengan tangkas dan menewaskan dua orang sebelum akhirnya ia terkalahkan dan tertawan.
Anehnya para penunggang kuda tersebut nampaknya enggan membunuh atau membalas dendam, meskipun dua teman mereka telah tewas.
Lalu mereka menanyakan apa yang diinginkan Harits dan ‘Amr dari mereka?
Harits menjawab bahwa ia ingin tahu dimana mayat Mundzir dan meminta dilepaskan untuk bertarung dengan mereka.
Mereka mengabulkan permintaannya dan ia berhasil membunuh dua musuhnya sebelum dia sendiri akhirnya terbunuh. ‘Amr dibebaskan dan mereka menyuruhnya memperkenalkan nama-nama sahabatnya yang telah wafat satu per satu.
‘Amr mengamati sahabat-sahabatnya satu per satu dan memperkenalkan mereka. Kemudian mereka menanyakan adakah sahabat ‘Amr yang tidak ditemukan di situ?
“Aku tidak menemukan jasad ‘Amir ibnu Fuhayrah ra bekas budak Abu Bakar ra,” jawabnya.
“Apa kedudukannya di antara kalian?” tanya mereka.
“Dia adalah orang yang terbaik di antara kami, salah seorang sahabat utama Rasulullah saw” jawab ‘Amr.
“Maukah engkau mendengar cerita kami tentang dia?” Tanya mereka.
Maka dipanggillah seorang pria bernama Jabbar yang mengaku telah membunuh ‘Amir. Jabbar bercerita bahwa dia telah menusuk ‘Amir dengan tombak dari belakang hingga tembus ke dadanya.
Dan pada tarikan nafas terakhir, ia mengucapkan “Aku telah mendapatkan kemenangan dari Allah!”
“Bagaimana mungkin ia mengatakan itu?” Pikir Jabbar yang merasa dirinya lebih berhak merasa menang.
Dengan takjub dia mencabut tombaknya dan lebih takjub lagi, ketika dia menyaksikan tubuh ‘Amir terangkat ke atas oleh tangan-tangan gaib, terus naik ke atas langit, hingga tak terlihat lagi.
Ketika dijelaskan oleh ‘Amir bahwa yang dimaksudkan ‘kemenangan dari Allah’ adalah surga, Jabbar langsung masuk Islam.
Setelah Rasulullah saw mendengar peristiwa itu, beliau mengatakan bahwa para malaikat telah mengangkat ‘Amir ke atas ‘Illiyun, yaitu surga tertinggi.[1]
Orang-orang Sulaym kembali ke suku mereka, dimana cerita tentang mukjizat itu terus diulang dan itu menjadi awal mereka untuk memeluk Islam.
Selain peristiwa moksa dari ‘Amir ibnu Fuhayra, dalam Al Qur’an pun juga dikisahkan tentang moksa yang dialami oleh Nabi Isa as:
QS An Nisa 4 ayat 158:
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
QS Maryam 19 ayat 56-57:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Ini merupakan bukti sejarah bahwa moksa[2] pun ada dalam sejarah Islam.
Oleh karena adalah wajar bilamana ada orang yang memiliki cita-cita dan berjuang dalam hidup untuk moksa. Kisah tentang ‘Amir ibnu Fuhayra ra, perlu dijadikan referensi dalam menjalani kehidupan ini, meski tidak banyak dikisahkan tentang apa yang beliau amalkan.
Baca juga :
ConversionConversion EmoticonEmoticon