Download Terjemah Serat Wirid Hidayat Jati PDF, ePUB dan DOC


Ini adalah ajaran hidayat jati, yang menejelaskan keberadaan serta kedudukannya sebagai ilmu makrifat, hasil akhir dari riwayat wirid yang merupakan nasehat yang baik dari para wali yang berada di tanah Jawa, sepeninggalnya beliau Kanjeng Susuhunan ing Ngampel Denta (Sunan Ampel), bersama-sama berinisiatif mengawali dengan membuka doa-doa yang menjadi inti atau sari nasehat yang didalamnya menggambarkan ilmu kesempurnaan masing-masing dan bermula dari dalil, hadist, ijmak dan kiyas, seperti yang telah disebutkan di dalam wirid, dan urut­-urutannya sebagai berikut dibawah ini : 

Yang pertama bersamaan dengan masa awal berdirinya negeri demak, para walI yang mau memberikan ajarannya hanya delapan orang :
1. Kanjeng Susuhunan di Giri Kadhaton, ajarannya tentang bisikan adanya Dzat.
2. Kanjeng Susuhunan di Tandhes, ajarannya tentang wedharan keberadaan Dzat
3. Kanjeng Susuhunan di Majagung, ajarannya tentang keleluasaan keberadaan Dzat.
4. Kanjeng Susuhunan di Bonang, ajarannya tentang terbukannya tata mahliga di dalam Betal makmur.
5. Kanjeng Susuhunan di Warywapada, ajarannya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal mukharam. 6. Kanjeng Susuhunan di Kalinyamat, ajarannya tentang menetapkan kekuatan iman.
7. Kanjeng Susuhunan di Gunung Jati, ajaranya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal mukharam.
8. Kanjeng Susuhunan di Kajenar, ajarannya mengenai sasahidan.

Yang kedua bersamaan dengan masa berakhimya negeri Demak hingga menuju Pajang, para wali yang bersedia memberikan ajarannya hanya delapan orang seperti yang tertera dibawah ini :
1. Kanjeng Susuhunan di Giri Parapen, ajarannya tentang bisikan adanya Dzat.
2. Kanjeng Susuhunan di Derajat, ajarannya tentang wedaharan keberadaan Dzat.
3. Kanjeng Susuhunan di Atas Angin, ajarannya tentang getaran keberadaan Dzat.
4. Kanjeng Susuhunan di Kalijaga, ajarannya tentang terbukannya tata malige di dalam Betal makmur, kemudian menerangkan tentang segala hal yang berhubungan dengan ajaran tersebut, yang nantinya akan diterapkan pada Dzat yang hidup semuannya saja tanpa terkecuali, tatapi susunaannya belum diurutkan berdasarkan tempatnya masing-masing .
5. Kanjeng Susuhunan di Tembayat dan Kanjeng Susuhunan di Kalijaga, ajarannya tentang terbukanya tata malige di dalam Betal mukharam.
6. Kanjeng Susuhunan di Padusan, ajarannya tentang terbukannya tata malige di dalam Betal mukhadas.
7. Kanjeng Susuhunan di Kudus, ajarannya tentang menetapkan kekuatan iman di dalam diri.
8. Kanjeng susuhunan di Geseng, ajarannya mengenai sasahidan.

Adapun ajaran yang telah d isebutkan diatas , kenyataannya adalah walaupun berbeda satu dengan lainnya tetap menjadi satu kesatuan, karena kesemuannya itu adalah berasal dari ajaran yang didapat dari Kanjeng Susuhunan di Ampel Denta (Sunan Ampel). Setelah sampai pada masa kerajaan Mataram, oleh beliau yang berkedudukan sebagai raja pada waktu itu adalah ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, ajaran yang terdiri atas delapan tingkatan tersebut dijabarkan menjadi satu ajaran saja, hal itu telah dimusyawarahkan dengan pandangan dan pengetahuan para ahli ilmu dan akhirnya dicapailah mufakat bahwa ingkang Sinuwun telah menetapkan ajaran-ajaran tersebut seperti yang tercantum dibawah ini : 
1. Panembahan Purbaya.
2. Panembahan Ratu Pekik.
3. Panembahan Juru Kithing.
4. Pangeran di Kadilangu.
5. Pangeran di Kudus.
6. Pangeran di Tembayat.
7. Pangeran di Kajoran.
8. Pangeran di Wongga.
9. Panembahan Juminah.

Adapun ajaran yang telah menjadi satu tersebut, perjalanannya bersama-sama berasal dari cuplikan ataupun semacam kutipan kitab tasawuf semuanya, urutannya satu persatu berpatokan dari dalil ilmu, sebagai petunjuk didalam menjalankan atau melaksanakan apa yang telah diperintahkan Pangeran Yang Maha Suci (Allah SWT) kepada Utusan-nya yaitu Nabi Musa Kalamollah, apabila manusia itu keberadaannya berasal dari Dzat yang bersifat tunggal. 

 Demikian yang telah diterangkan menjadi tumbuhnya ilmu Makrifat, seperti wirid para Nabi, para Wali di jaman dahulu, yang selanjutnya dikiyas oleh para auliya dan menjadi pembuka bagi ajaran masing-masing. Sesudah menjadi satu oleh keinginan ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Agung di kerajaan Mataram, beliau menyetujui keberadaan ilmu makrifat, yang telah menjadi ajaran para wali terdahulu dan lama-kelamaan ajaran tersebut berkembang terus-menerus, menjadi ilmu makrifat yang mendapat pengaruh akibat perbedaan dari banyaknya para ilmuwan yang sangat bijaksana dan ahli dibidangnya dalam urusan penyebaran ilmu makrifat, dengan caranya sendiri. 

Ada juga yang menjalankan ajaran pelengkap saja seperti ilmu talak dengan ilmu patah dan sebagainya, yaitu ilmu pendukung dari ilmu makrifat seperti halnya ilmu sosorogan. Maka dimasa sekarang di Kedhung Kol Penganten, yang letaknya disebelah selatan kedhung Kol Pengaten, dengan ditandai tahun “dua sembilan warga sinuta (candra sengkala) dari dalam tahun alip” : satu tujuh tujuh sembilan, jatuh pada ‘il-am’. Dengan menyebut nama Allah SWT, demikian kurang lebihnya urutan ilmu makrifat, menurut ajaran delapan tingkat yang telah dikelompokkan menjadi satu. Serat Wirid ini menjadi yang pertama, milik sampeyan dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sunan Pakubuwana yang ketujuh di negara Surakarta Hadiningrat. Uraiannya akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh para Putra Pangeran serta dan Cucu Pangeran sampai turunannya nantinya.

Download Terjemah serat wirid hidayat jati PDF, ePUB dan DOC

Terjemah serat wirid hidayat jati ini bisa panjenengan download dalam format PDF, ePub maupun doc agar dapat dbaca secara offline menggunakan HP ataupun komputer.

Untuk membaca serat wirid hidayat jati PDF di komputer, pastikan komputer panjenengan sudah terinstall Adobe Acrobat Reader. Jika belum silahkan download adobe acrobat readernya disini.

Jika panjenengan menggunakan HP Android, silahkan menginstall UB Reader yang dapat didownload secara gratis di google playstore.


Semoga bermanfaat!
Previous
Next Post »
Thanks for your comment